Senin, 02 Februari 2015

Dzikir Dan Doa Mohon Perlindungan Dari Bahaya

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. al-Ra’d [13]: 28)
Besarnya kebutuhan manusia terhadap rasa aman dan tenteram menunjukkan betapa besar peran dzikir bagi manusia. Sebab penawar jiwa yang paling utama

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi dalah dzikir kepada Allah, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam ayat di atas.

Dalam sebuah hadis disebutkan, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul bersama para sahabat. Lalu beliau bersabda,

 أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بـِخَيرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِندَ مَلِيكِكُم وَأَرْفَعِها فِي دَرَجَاتِكُم وَخَيرٍ لَكُمْ مِن إنفَاقِ الذَهَبِ وَالفِضَّةِ، وَخَيرٍ لَكُمْ مِن أنْ تَلْقَوا عَدُوَكُم فَيَضرِبُ أَعْنَاقَكُم وَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُم قَالُوا: بَلَى يارَسُولَ اللهِ قَالَ: ذِكْرُ اللهِ. 
“Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu daripada berinfak dengan emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Serempak para sahabat berkata, “Mau, wahai Rasulullah!” Beliau pun bersabda, “Dzikir kepada Allah.”  
(HR at-Tirmidzi)1.

Hadits di atas tidaklah berarti meremehkan amalan jihad di jalan Allah ataupun amal-amal saleh selain dzikir. Tetapi, Rasulullah hanya menunjukkan betapa dzikir merupakan asas yang sangat urgen penuh dengan keutamaan.
Perintah Untuk Memohon Perlindungan dari Musibah dan Takdir Buruk
Memang benar, setiap ujian dan musibah adalah rahasia takdir yang telah Allah gariskan semenjak zaman azali, bahkan ujian merupakan wasilah bagi seorang mukmin untuk mengasah serta meningkatkan keimanan. Tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui apa yang akan menimpanya esok hari. Walaupun demikian, bukan berarti kita dilarang untuk berlindung dari musibah dan takdir buruk. Bahkan syariat Islam yang penuh hikmah ini memerintahkan kepada umatnya agar senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai musibah serta dari takdir yang buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ.

“Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” 
(HR. Bukhari: 6616)

Dzikir Dan Doa Memohon Perlindungan dari Bahaya
Dari sekian banyak dzikir yang penuh dengan keutamaan ini, ada sebagian dzikir yang Allah jadikan wasilah bagi hambanya untuk berlindung dari berbagai bahaya dan musibah. Di antaranya adalah sebagai mana disebutkan dalam beberapa hadis berikut:

1. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menyaksikan orang yang terkena musibah, kemudian mengatakan:

اَلْـحَمْدُ للهِ الَّذِي عَافَانِي مِـمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِـمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً
(segala puji bagi Allah yang telah menghindarkanku dari musibah yang menimpamu, serta memberikan kelebihan kepadaku atas sekian banyak ciptaan-Nya), niscaya Allah akan menghindarkannya dari musibah tersebut sepanjang hayatnya, walau bagaimanapun keadaannya” 
(HR. Tirmidzi: 3431 dan Ibnu Majah: 3898)2

2. Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barang siapa yang mengatakan

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang memudharatkannya” 
(HR. Abu Daud: 5088, dan Tirmidzi: 3388)3

3. Dari Khaulah binti Hakim, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang singgah di sebuah tempat kemudian ia mengatakan,

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya) niscaya tidak akan ada yang memudharatkannya” 
(HR. Tirmidzi: 3437, dan An Nasai: 5433)

4. Dari Sa’ad bin Abi Waqash mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Doa yang dipanjatkan oleh Dzun Nun (Nabi Yunus) ‘alaihissalaam tatkala berada di dalam perut ikan besar adalah:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِـمِينَ
(Ya Allah,Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya adalah termasuk orang-orang yang zhalim)4. Tidaklah seorang muslim terkena musibah kemudian berdoa dengannya, melainkan Allah akan akan mengabulkan keinginannya” 
(HR. Tirmidzi: 3505)5

Allah abadikan  kisah Nabi Yunus ‘alahissalaam di dalam Al Quran Surat Ash Shoffat ayat 143-144 :

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ 
“Maka jika sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” 
(QS. Shafat: 143)

5. Dari Abdullah bin Hubaib mengatakan:

خَرَجْنَا فِي لَيلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ النَبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا ، فَأَدرَكْنَاه فَقَالَ : قُلْ ، فَلَمْ أَقُلْ شَيئًا ، ثُمَّ قَالَ: قُلْ ، فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ، ثُمَّ قَالَ : قُلْ ، فَقُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ مَا أَقُولُ ؟ قَالَ : قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدُ وَالـمُعَوِّذَتَينِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاثَ مَراتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيءٍ
Pada suatu malam saat turun hujan dan malam begitu pekat kami keluar mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau bersedia shalat bersama kami. Kamipun menemukan beliau, beliau bersabda: ”Bacalah!” Tetapi aku hanya diam. Kemudian beliau mengatakan lagi, “Bacalah!” Tapi aku masih tetap diam. Kemudian beliau memerintahkan lagi, “Bacalah!” Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku baca?” Beliau bersabda, “Bacalah Al Ikhlas dan Mu’awwidzatain (An Naas dan Al Falaq) di waktu sore dan pagi hari tiga kali, niscaya ia mencukupimu dari segala sesuatu” 
(HR. Abu Daud: 5082, dan Tirmidzi: 3575)6

Apa faidah berdoa sementara takdir tidak mungkin ditolak?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh Imam Nawawi di dalam kitab Al adzkar. Beliau menukilkan perkataan Imam Ghazali yang mengatakan, ‘Ketahuilah, sejatinya menolak musibah dengan doa adalah termasuk takdir Allah. Doa merupakan sebab untuk menolak musibah dan sekaligus sebab terwujudnya rahmat. Hal ini bagaikan perisai yang merupakan sebab untuk menangkis senjata atau air yang merupakan sebab tumbuhnya tanaman dari dalam bumi. Sebagaimana perisai dan anak panah yang saling menyerang dan menahan, demikian pula halnya doa dan musibah. Dan dalam mengakui takdir, tidak disyaratkan untuk meninggalkan senjata saat perang. Allah berfirman:

وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُم وَأَسْلِحَتِهِمْ
“Hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka.” 
(QS. An Nisaa:102)

Betul, Allah telah menakdirkan segala sesuatu, namun Allah jualah yang telah menakdirkan sebab-sebabnya.
Berikutnya, yang juga termasuk faidah dari doa adalah hadirnya hati dan rasa butuh kepada Allah. Keduanya merupakan puncak akhir dari pengahambaan diri dan makrifat kepada Allah. Wallahu a’lam.”7
Demikian tulisan singkat ini, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan Adzakirinallah (orang yang banyak berdzikir kepada Allah). Shallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi ajma’in.

Catatan Kaki
  1. Dishahihkan syaikh Al Bani dalam Shahih Tirmidzi: 2688
  2. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Tirmidzi: 2728
  3. Dishahihkan oleh Imam Hakim, Dzahabi dan Albani. Lihat Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi: 3388
  4. sebagaimana termaktub dalam: QS Al Anbiya: 87
  5. Hadis ini dinilai shahih oleh syaikh Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi : 2785
  6. Di hasankan Syaikh Albani dalam Shahih wa dha’if Sunan Abi : 5082
  7. Al Adzkar, hal: 354

PRA KATA

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

" Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Shalawat serta salam selalu tercurah keharibaan Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir jaman. Salam Sukses Selalu "

" Semoga Allah selalu mencurahkan kepada Kita Rahmat, Taufiq, Hidayah, Inayah, Karunia dan Rejeki-NYA serta meningkatkan Iman Taqwa dan Ibadah, selalu memberi jalan yang terang menuju Keberhasilan / Kesuksesan. "

" Tiada yang lebih Indah di Dunia ini selain Jalinan Persaudaraan dan Kasih Sayang, Terimalah Website kami ini sebagai Tanda Kasih Sayang dan Jalinan Persaudaraan Kami untukmu Wahai Saudaraku."

" Semoga dengan membaca isi Website ini, memperoleh khazanah Ilmu yang bermanfaat untuk Dunia dan Akhirat, karena dengan mambacalah, Hikmah itu terkuak, yang kemudian Kita amalkan untuk menuai berbagai Kebajikan dan Kemuliaan disisi Allah SWT. "

" Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada Kami Ilmu-MU, Rejeki-MU yang tiada habis habisnya dan berguna untuk Kehidupan Kami di Dunia ini menuju Syurga-MU, serta  Kesehatan yang Prima, dan Kesembuhan bila Kami sakit.... Amiin. "

METODE PAWANG HUJAN

Metode Yang di lakukan
perbuatan pawang hujan adalah suatu "ikhtiar/usaha", soalnya manusia pada hakekatnya tidak punya otoritas sama sekali untuk ikut campur dalam urusan AllohSWT. Sekali lagi pawang merupakan hukum adhi' jadi pada hakekatnya pawang tidak punya kuasa apapun, Sama halnya seorang dokter tidakpunya kuasa apa-apa tentang penyembuhan orang sakit, semua adalah atas kehendak Alloh SWT semata. 

Soal setelah di "pawangi" apakah tidak turun atau masih turun hujan,seorang pawang tidak tahu dengan pasti, begitu juga seorang dokter tidak tahu pasti apakah setelah diobati pasiennya sembuh atau tidak, namun "biasanya", sekali lagi "biasanya" kalau sudah dipawangi maka hujannya tidak turun dan "biasanya" kalau diberi obat maka sembuh, ini maknanya hukum adat yang berlaku didunia ini. Padahal bisa saja terjadi walaupun 100 orang pawang berkumpul, ternyata hujannya masih juga turun disitu, ini maknanya pawang itu sebetulnya tidak punya kuasa apa-apa terhadap kekuasaan Alloh SWT. 

Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ketempat yang lain seperti : ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat. 

Berdasarkan Hadits  dapat diambil kesimpulan secara metoda hikmah: 
  1. Meneliti terlebih dahulu kondisi langit 
  2. Hujannya memberi mudharat 
  3. Memohon kepada Allah 
  4. Tawassul dan Sholawat atas Nabi Muhammad SAW. 
  5. Memindahkan hujan pada tempat lain seperti pegunungan, lembah-lembah atau hutan dengan berdoa kepada Allah.

Dasar syar'i :

1. Al-Qur'an Q.S 02/ 22
Alloh sajalah yang dapat menurunkan dan menghentikan hujan sebagaimana dijelaskan dalam QS Al Baqoroh : 22 diatas.

2. Syiroh Nabawi
" Konon kami tidak melihat gumpalan awan antara kami dan sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas rumah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari sabtu kami tidak melihat matahari, kemudian datang seorang pada hari jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, orang itu mengadu kepada Nabi :" Ya Rasululloh binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami ".Nabi bersabda : " Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tanganNya sambil berdo'a: " Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini diatas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan )". 
(HR.Bukhari-Muslim) 

HUKUM PAWANG HUJAN DALAM ISLAM

“Maka Aku berkata : Minta ampunlah kepada Tuhan kamu sesungguhnya Dia adalah MahaPengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan hebat,” (QS. Nuh :10-11).

Syaikh Syarbini Khatib berkata : “Terkadang menolak hujan dengan melakukan perbuatan sebaliknya.”

“Janganlah satu kaum enggan memberikan zakat melainkan terhambat untuk mereka hujan,” (HR. Baihaqi).

Selain artis, ada yang diam-diam mengeruk keuntungan besar dari pergelaran tahun baru masehi 1 Januari. Pawang hujan. Januari masih identic dengan musim hujan. Hujan turun malam 1 Januari, orang enggan keluar rumah untuk merayakan tahun baru.

Bagaimana hukumnya pawang hujan dalam Islam?
Cara kerja pawang pada umumnya :

  1. Ada yang mensyaratkan beberapa kaleng bir untuk minum makhluk halus penggeser hujan.
  2. Ada pawang yang menggunakan mantra dan  meminta keluarga mengucapkan mantra tersebut.
  3. Ada pawang yang minta disediakan beberapa rantang nasi dan sebuah payung hitam.
  4. Ada yang membalikkan sapu lidi bekas dan  ditancapkan bawang merah dan cabai merah.
  5. Ada  yang melarang shahibul hajat untuk mandi sepanjang hari.
  6. Ada pula yang minta disediakan berpuluh-puluh batang rokok dari lintingan daun nipah.
  7. Ada  pawang tidak diperkenankan menyentuh air dan harus puasa ngebleng.
  8. Ada juga pawang yang berziarah ke makam leluhur orang yang minta bantuan.


Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ke tempat yang lain seperti : ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat.

Dari Abdullah bin Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ada lima kunci ghaib yang tidak diketahui seorangpun kecuali Allah: Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang terdapat dalam rahim, tidak ada satu jiwapun yang tahu apa yang akan diperbuatnya esok, tidak ada satu jiwapun yang tahu di bumi mana dia akan mati, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan turunnya hujan,” (HR. Al-Bukhari no. 1039).

Hujan, yang membuat, menurunkan, yang menentukan kadar, waktu dan tempatnya adalah Allah. Jika Allah menetapkan hujan di tempat A pada waktu B dan selama C, maka ia akan terjadi sebagaimana yang Allah tetapkan,tidak seorang pun mampu menolak, memindah atau memperpendek atau mengurangi kadarnya. Kalau ada mendung hitam di suatu daerah lalu hujan tidak turun di daerah tersebut bukan karena pengaruh kerja pawang hujan akan tetapi karena Allah belum berkehendak menurunkan hujan di daerah tersebut.

Pawang hujan yang tidak sesuai syariat  termasuk menentang rububiyah Allah di samping cara-cara yang digunakan sarat dengan syirik. Karenanya, barangsiapa yang mengklaim mengetahui waktu turunnya hujan atau mengklaim bisa menurunkan hujan atau mengklaim bisa menahan turunnya hujan, maka dia telah terjatuh ke dalam kekafiran dan kesyirikan berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak yang menjelaskan kafirnya makhluk yang mengklaim mengetahui perkara ghaib. 

PAWANG HUJAN BERSIFAT IKHTIAR, DAN BUKAN PENENTU, karena segala sesuatu hanya atas izin Allah, di misalkan seperti orang yang datang berobat kepada dokter, DOKTER HANYA MENGOBATI, DAN BUKAN MENYEMBUHKAN, menjadi lebih baik atau tidak, dan tidak bisa MENJAMIN atau "MENGGARANSI" bahwa pasien akan sembuh, selama sang dokter melakukan tindakan sesuai prosedur, apapun yang terjadi pada pasien bukan kesalahan dokter, tapi kehendak dari Allah, demikian juga pawang hujan tidak mungkin bisa menjamin atau menggaransi pasti tidak turun hujan.

Metode pawang hujan yang syar'i intinya adalah dengan berdoa kepada Allah dan memperbanyak dzikir, dan yakin Allah akan mengabulkan Do'a hambanya termasuk diantaranya berdoa sesuai yang di ajarkan Rosulullah :

 «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالجِبَالِ وَالآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ»

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan atas kami! Ya Allah, turunkanlah hujan pada dataran tinggi, pegunungan, perbukitan, lembah-lembah dan tempat-tempat tumbuhnya tanaman.” (HR. Bukhari no. 1013, 1014 dan Muslim no. 897).

MEMOHON MEMINDAHKAN HUJAN PRISIFNYA SAMA HALNYA KETIKA KITA MEMINTA DI TURUNKAN HUJAN DENGAN SHOLAT ISTISQO DAN BERDOA DENGAN KHUSU DAN YAKIN.

DASAR SYAR'I PENJAGAAN ALLAH

1.Astaudi’ukumullaahalladzii Laa Tudhayyi’u Wadaa-I’ahu .

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra. Dari Rosululloh SAW , beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah, apabila Dia dititipi sesuatu, maka Dia akan menjaganya.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmaddengan sanad yang shahih dalam al-Musnad (no.5605)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda : “Barangsiapa hendak melakukan safar (bepergian), maka hendaklah ia berkata kepada orang yang ditinggalkan nya:”Aku titipkan kalian kepada Allah yang tidak akan menyia-nyiakan titipan yang di jaga-Nya.”

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dalam al-Musnad (II/403)

Penjagaan itu bersifat umum, baik ketika seseorang akan bepergian atau selainnya. Penjagaan ini berupa keamanan dari pencuri dan siapa saja yang bermaksud mencelakainya. Melindungkan harta anak dan yang lainnya tetap di syari’atkan sekalipun yang dilindungkan itu sesuatu yang sedikit. Hikmah dari pensyari’atan ini dalah untuk menunjukan kebutuhan setiap hamba kepada Rab-Nya, baik perkara yang kecil maupun yang besar.

2.A’uudzu Billaahil ‘Azhiim Wa Biwajhihil kariim Wa Bisulthaanihil Qodiim Minasy SyaithaanirRajiim.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra. Dari Nabi SAW bahwa beliau apabila masuk masjid membaca A’uudzu Billaahil ‘Azhiim Wa Biwajhihil kariim Wa Bisulthaanihil Qodiim Minasy SyaithaanirRajiim.( Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dan dengan Wajahnya yang mulia, serta dengan kekuasaanya yang Qodim, dari syaithon yang terkutuk.)”Apabila seorang mengucapkannya, maka syaithon berkata :”ia di jaga dariku sehari penuh)”

HR.Abu Dawud (no.446). al-Arna-uth berkata,”sanadnya shahih.”Zaadul Ma’aad (II/370). Ibnu Hajar menghasankannya dalam al-Futuhaat karya Ibnu ‘Alan (II/47).

Dalam satu riwayat, Rosululloh SAW bersabda :
“Barang siapa membaca 100 x, maka dzikir itu senilai dengan memerdekakan 10 hamba sahaya, dan di tuliskan 100 kebaikan, serta dihapus 100 keburukan. Dzikir itu menjadi pelindung dari syaithon di hari itu sampai sore hari. Tidak ada seorangpun yang lebih utama dari apa yang dilakukan, kecuali seseorang yang mengamalkan dzikir itu lebih banyak darinya.”
HR.al-Bukhari (XI/168,169)

3.Bismillaahi Tawakkaltu ‘Alallah, Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billaah

Di riwayatkan dari Anas ra, ia mengatakan bahwa Rosululloh SAW bersabda :”Barang siapa mengucapkan Bismillaahi Tawakkaltu ‘Alallah, Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billaah,yakni ketika keluar dari rumahnya, maka dikatakan kepadanya, “kamu ducukupi, di lindungi dan di tunjuki”, dan syaithon menjauh darinya.”
HR at-Tarmidzi (no.3422), dan ia mengatakan hadits hasan shahih

Abu Dawud menambahkan dalam riwayatnya,”maka syaithon berkata (kepada syaithon yang lain):”Bagaimana kamu (melakukan sesuatu) terhadap seorang yang telah di tunjuki, dicukupi dan dilindungi ?”

HR.Abu dawud (no.5095) dalam al-Adab. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata,”perawinya termasuk perawi ash-shahih, di shahihkan oleh Ibnu Hibban (no.2370),

Laa Illaaha Illaahu Wahdahuu Laa Syarikalah Lahulmulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘Alaa Kulli syaiin Qadiir.

Di riwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia mengtakan bahwa Rosulullah SAW bersabda :”Barangsiapa mengucapkan Laa Illaaha Illaahu Wahdahuu Laa Syarikalah Lahulmulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘Alaa Kulli syaiin Qadiir 10 x di pagi hari, maka di tulis baginya 100 kebaikan, dan dihapus karenanya 100 kesalahan, dan bacaan ini baginya senilai dengan memerdekakan seorang hamba, dan dengannya di jaga di hari itu sampai sore (dari berbagai bahaya). Dan barangsiapa yang membaca dzikir yang sama di waktu sore, maka iapun akan mendapatkan (penjagaan dan pahala) yang serupa dengan yang tadi.
HR.Imam Ahmad dari hadits Abu ‘Ayyasy (IV/60), dan sanadnya shahih. Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud (no.50770)

4.Ayat Kursyi

Di riwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata :
“ Rosulullah SAW menugaskan aku untuk menjaga zakat ramadhon. (Di malam hari), datanglah seseorang , ia meraup makanan (dari zakat itu), maka akupun menangkapnya. Aku katakana kepadanya :”Akan aku adukan engkau kepada Rosululloh SAW”. Abu hurairah melanjutkan ceritanya selengkapnya, dan diantara ceritanya dia berkata :”(Orang itu berkata):”Apabila engkau akan tidur, bacalah ayat Qursyi, niscaya engkau akan mendapatkan dari Allah seorang penjaga (malaikat). Dan syaithon tidak akan mendekatimu hingga pagi.” Maka Nabi bersabda :”Dia (Jin yang datang kepada Abu Hurairah) telah jujur kepadamu, padahal dia itu sorang pendusta. Dia itu syaithon (dari golongan jin)
Al-bukhori (No.2311)

Di riwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra
Ia berkata :” Seorang laki-laki dari kalangan Sahabat Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Jin. Ia menyerang seorang sahabat Nabi itu, dan ia pun melawannya. Sahabat Nabi itu berhasil membantingnya, lalu ia berkata:”Menurutku kamu begitu lemah dan kecil. Seakan-akan kedua tanganmu seperti dua kaki anjing. Apakah bangsa kalian memang seperti itu? Atau sebagian diantara mereka seperti kamu?” Jin itu menjawab:”Tidak, demi Allah. Sesungguhnya dikalangan bangsa Jin, aku memiliki jasad yang besar. Akan tetapi beri aku kesempatan kedua. Jika kembali engkau mengalahkanku, maka akan aku ajarkan kepadamu sesuatu yang bermanfaat.”

Maka sahabat itu berkata :” Baiklah”. Dan ternyata sahabat itu berhasil mengalahkan kembali . Jin itu berkata :”Bacalah Allahu la ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum (ayat qursyi). Maka tidaklah engkau membacanya di rumah, kecuali syaithon akan keluar sambil terkentut kentut seperti himar, dan ia tidak akan masuk lagi samapai pagi.”

Mereka ( para Tabi’in) bertanya:” Siapakah laki-laki itu wahai Abu ‘Abdirrahman ?”’

Abdullah bin Mas’ud menjawab,”Menurut kalian siapa lagi kalau bukan Umar bin al-Khathab.”

Diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam sunan-nya (II/447-448) dan sanadnya jayyid.

Di keluarkan pula oleh al-Baihaqi secara ringkas dalam Dalaa-ilun Nubuwwah (VII/123)

Ibnu Abid Dun-ya mengeluarkan hadits dari al-Walid bin Muslim
“ Seseorang mendengar suara gerakan di sebatang pohon, maka iapun mengajaknya berbicara, namun tidak ada jawaban. Lalu orang itu membaca ayat kursyi, hingga turunlah syaithon menjelma (dihadapannya). Orang itu berkata:” Aku harus mengobati seseorang yang sakit. Dengan apa aku harus mengobatinya?”. Syaithon itu menjawab :”Dengan (ayat) yang membuatku turun dari pohon.
Luqatul Marjaan, karya as-Suyuthi, halaman 150

5.Dua ayat terakhir Surat Al-Baqoroh

Di riwayatkan dari Abu Mas’ud al-Anshari ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda :”Barang siapa yang membaca dua ayat dari akhir surat al-Baqoroh pada malam hari, maka kedua ayat itu akan mencukupinya ( dari segala keburukan, godaan syaithon, gangguan jin dan manusia)”.

Al-Bukhari (No.5091) dalam Fadhaa-ilul Qur-aan, Muslim (NO.808) dalam bab Fadhlu fathihatil kitaab wa Khawaatiima Suuratil Baqarah

Al-Hakim mengeluarkan hadits an-Nu’man bin Basyir ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah Tabaaroka wa Ta’aalaa telah menulis sebuah kitab, 2000 tahun sebelum di ciptakan langit dan bumi. Dan dia menurunkan darinya dua ayat yang menjadi penutup surat al-Baqarah. Tidaklah kedua ayat itu dibacakan di rumah , kecuali syaithon tidak akan mendekatinya selama tiga hari.”

Di keluarkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/562), ia berkata,”Hadits ini shahih.

6.Surat Al-Ikhlash dan Mu’awwidzatain

Di sebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah bin Khubaib ra, ia berkata:

Kami keluar di suatu malam yang hujan dan gelap gulita. Kami hendak menemui Rosululloh SAW agar sholat mengimami kami,” Abdullah berkata “Akupun menemui beliau. Lalu beliau bersabda, “Ucapkanlah !” Aku tidak mengucapkan sesuatu apapun. Lalu beliau bersabda: “Ucapkanlah !” Aku tidak mengucapkan sesuatu apapun. Kemudian beliaupun bersabda kembali

“Ucapkanlah !” ‘Abdullah berkata :” Akupun bertanya,”Apa yang harus aku ucapkan ?”. Beliau menjawab,” Ucapkanlah Qul huwallaahu ahad (surat al-Ikhlash) dan al-Mu’awwidzatain ( surat al-Falaq dan an-Naas) ketika engkau berada di sore hari dan di pagi hari masing-masing tiga kali, maka niscaya engkau di cukupkan dan di jaga dari segala sesuatu.”
Shahih at-Tarmidzi (III/182)

Sesungguhnya Nabi biasa memohon perlindungan dari jin dan ‘ain (pandangan yang membahayakan) dari manusia. Hingga turunlah al-Muawwidzatain (al-Falaq dan an-Nas). Tatkala kedua surat ini turun , maka nabi memegang kedua surat ini, serta meninggalkan selain keduanya.
Shahih at-Tarmidzi (II/206)

“Wahai ‘Uqbah, akan aku ajarkan kamu dua surat yang terbaik dan patut di baca, yakni Qul a’uudzu birabbil Falaq (Surat al-Falaq) dan Qul a’uudzu birabbin naas (surat an-Nas). Wahai ‘Uqbah, bacalah keduanya ketika engkau akan tidur dan ketika engkau bangun, karena tidak ada seorangpun meminta , dan tidak pula orang yang meminta perlindungan, yang semisal dengan (orang yang berdo’a atau memohon perlindungan) dengan dua surat ini.”
Jaami’ul Ushuul (VIII/491-492)

7.Laa haula walaa quwwata ilaa billah.

Di riwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari ra, ia berkata, Nabi SAW bersabda kepadaku : “ Maukah aku tunjukan pada sebuah perbendaharaan dari perbendaharaan-perbendaharaan surga ?”. Aku mejawab:” Tentu saja wahai Rosulullah “. Nabi bersabda :”Ucapkanlah Laa haula walaa quwwata ilaa billah.
HR.Al-Bukhari (XI/159), Muslim (No.2704)

Ibnul Qoyyim ra, berkata,”Kalimat ini memiliki pengaruh dan khasiat yang menakjubkan dalam menolong seseorang dari sesuatu yang menyita waktu dan di rasa sulit melakukannya. Kalimat inipun sangat membantu dalam menghadapi beratnya penderitaan, dalam menghadapi raja-raja, dan sangat membantu orang yang takut dilanda berbagai huru-hara. Kalimat inipun memiliki pengaruh yang nyata dalam menolak kefakiran.”
Al-Waabilush Syayyib, karya ibnul Qoyyim, hal 98


Adalah Habib bin Salamah, apabila menghadapi musuh atau mengepung suatu benteng, ia membaca Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Suatu hari ia mengepung benteng tentara romawi seraya mengucapkan kalimat ini, maka merekapun dapat di kalahkan. Kaum musliminpun mengucapkan kalimat ini seraya bertakbir, maka benteng itu dapat di robohkan.
Al-Waabilush Syayyib, karya ibnul Qoyyim, hal 98

“Barangsiapa mengucapkan Laa haula walaa quwwata illaa billaah, maka bacaan itu menjadi obat bagi 99 macam penyakit, yang paling ringan darinya adalah kedukacitaan.”
Di keluarkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/542), ia berkata “sanadnya shahih”

Mak-hul berkata “ barang siapa membaca : Laa haula walaa quwwata illaa billaah walaa manja minallah illaa ilaiih, maka akan di hilangkan darinya 70 pintu marabahaya, dimana yang paling rendah adalah kefakiran.”
Shahih at_Tarmidzi (III/186).Al-Albani berkata tentang hadits ini : “hadits maqthuu”

8.BismillahirRohmanirRohiim

Rosulullah bersabda :” apabila seseorang memasuki rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah ketika memasukinya, dan ketika memakan makannanya, maka syaithon berkata kepada teman-temannya,” Kalian tidak memiliki tempat menginap dan tidak memiliki makanan untuk makan malam. Sedangkan apabila ia tidak berdzikir kepada Allah ketika ia memasuki rumahnya, maka syaithon berkata,”Kalian mendapatkan tempat menginap. Dan apabila seseorang itu tidak berdzikir kepada Allah ketika memakan makanannya, maka syaithon berkata :”kalian mendapatkan tempat menginap dan juga mendapatkan makan malam.”
Muslim ( no.2018)

Di riwayatkan dari nabi, dari banyak jalan, bahwa beliau bersabda :”Setiap urusan yang tidak di mulai dengan BismillahirRohmanirRohiim, maka perkara itu terputus/tertolak.

Dishahihkan oleh sekelompok ulama, diantaranya Ibnush Shalah dan an_Nawawi dalam al-Adzkaar. Syaikh yang mulia Ibnu Baz Mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan di dukung hadits-hadits yang lain (yang semakna dengannya).

Rosulullah SAW bersabda : “Penghalang antara pandangan jin dan aurat anak Adam (manusia), apabila salah seorang diantara mereka masuk WC adalah ia membaca “Bismillah”.
HR.at-Tarmidzi. Di shahihkan oleh al-Albani dalam shahih at-Tarmidzi (496)

Ketika Khalid bin Walid singgah di Hirah, maka orang-orang berkata kepadanya,”Waspadalah terhadap racun . Jangan sampai orang asing (bukan arab) memberi minuman yang beracun kepadamu.” Maka Khalid berkata :”Bawa kemari minuman itu.” Iapun mengambilnya dengan tangannya, lalu ia membaca Bismillah dan meminumnya. Ternyata minuman itu tidak membahayakannya sedikitpun.
Dikeluarkan oleh al-Baihaqi, Abu Na’im, at-Thabrani, Ibnu Sa’d dengan sanadnya yang shahih. Lihat Tabziib karya ibnu hajar (III/125)


9.Bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmihii syai-un fil ardhi walaa fis samaa-I wahuwas sami’il ‘aliim.

Diriwayatkan dari Utsman bin ‘affan ra, ia mengatakan bahwa Rosululloh SAW bersabda : “Tidaklah seorang hamba di setiap pagi dan sore hari membaca Bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmihii syai-un fil ardhi walaa fis samaa-I wahuwas sami’il ‘aliim (Bengan menyebut nama Allah, yang tidak membahayakan sesuatu apapun di langit dan di bumi beserta Nama-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). Sebanyak tiga kali, maka tidak ada yang membahayakan sesuatu apapun’.
Shahih at-Tarmidzi (3385)

Dalam satu riwayat di sebutkan: “ (Maka) ia tidak akan terkena bencana yang mengejutkan (yang datang tiba-tiba).”
Shahih Abu Dawud (no. 5088 dan 5089)

Ketika Aban bin ‘Utsman ra. Salah satu perawi hadits terkena musibah lumpuh sebagian anggota tubuhnya, maka seorang yang mendengar hadits ini darinya memandang tajam kepadanya. Aban pun bertanya kepada laki-laki itu:”Mengapa engkau memandangku seperti itu ?, demi Allah aku tidak berdusta atas nama ‘Utsman, dan ‘Utsmanpun tidak berdusta atas nama Nabi SAW. Akan tetapi (aku menderita kelumpuhan ini) Karena pada hari aku terkena musibah ini , aku dalam kedaan marah sehingga aku lupa membacanya.”

10.Ucapan A’uudzu BikalimaatillaahitTaamaati min syarri maa kholaq.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “seseorang dating kepada Nabi SAW, lalu berkata : Wahai Rosululloh, kenapa aku sampai di sengat kalajengking tadi malam ?.” Rosulullah menjawab:” Adapun jika kamu di sore harinya mengucapkan Ucapan A’uudzu BikalimaatillaahitTaamaati min syarri maa kholaq, Imaka kalajengking itu tidak membahayakan bagi dirimu.
HR.Muslim (no.2709)

Suhail (seorang perawi hadits ini)berkata.”Keluarga kami mempelajari dzikir ini dan membaca nya setiap malam. Ketika salah seorang putri kami di sengat binatang berbisa, maka ia tidak merasakan sakit apapun.”
Shahih at_Tarmidzi (III/187)

Al-Qurthubi berkata, “Dzikir ini adalah berita yang shahih dan perkataan yang benar, kami tahu dan yakin tentang kebenarannya, baik dari segi dalil baik dari segi bukti yang teruji (dengan pengalaman).”
Al-Fatuhaatur Rubbaaniyah, karya Ibnu ‘alan (III/94)

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, bahwa rosulullah bersabda:”Barang siapa singgah di suatu persinggahan kemudian ia mengucapkan A’uudzu BikalimaatillaahitTaamaati min syarri maa kholaq, maka tidak aka nada yang membahayakannyasesuatupun, sampai ia bertolak kembali dari tempat persinggahannya itu.”
HR.Muslim (no.2708)

Sesungguhnya manusia begitu lemahnya untuk bertarung langsung dengan musuh-musuhnya, baik yang terlihat seperti sesame manusia, hewan-hewan berbisa, binatang-binatang buas, dan lainnya, Juga dalam menghadapi musuh yang tidak terlihat seperti syaithon dari kalangan jin.

Namun seorang mu’min bisa menjadi kuat apabila ia benar-benar menggunakan tameng penghadang dan senjata yang ampuh, senjata dan benteng perlindungan itu berupa dzikir-dzikir dan do’a yang diajarkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya (dari Al-Qur’an dan Sunah Nabawi yang shahih) ini merupakan senjata dan benteng yang tidak ada bandingannya hingga hari Qiyamat, karena di rancang, diramu, dan dibuat oleh Yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri, tidak memerlukan suatu apapun dari makhluk-Nya.

Risalah ini penuh dengan dzikir-dzikir penjaga dari segala kejahatan dan mara bahaya. Telah terbukti sejak zaman Nabi SAW yang mengajarkannya, zaman shahabat yang mempraktekannya, dan zaman pengikut mereka yang setia, hingga akhir zaman, insya Allah.

Kita mohon penjagaan dan pemeliharaan dari Allah. Semoga dia melindungi kita dari keburukan dan kejahatan diri-diri kita, serta dari gangguan-gangguan syaithon yang dilaknat, serta kejahatan tukang sihir yang meniupkan buhul-buhulnya.

Semoga kita selalu dalam perlidungannya, amiin.

PEMAHAMAN PAWANG HUJAN

Perbuatan pawang hujan adalah suatu "ikhtiar/usaha", soalnya manusia pada hakekatnya tidak punya otoritas sama sekali untuk ikut campur dalam urusan Alloh SWT. Sekali lagi pawang merupakan hukum adhi' jadi pada hakekatnya pawang tidak punya kuasa apapun, Sama halnya seorang dokter tidakpunya kuasa apa-apa tentang penyembuhan orang sakit, semua adalah atas kehendak Alloh SWT semata. Soal setelah di "pawangi" apakah tidak turun atau masih turun hujan, seorang pawang tidak tahu dengan pasti, begitu juga seorang dokter tidak tahu pasti apakah setelah diobati pasiennya sembuh atau tidak, namun "biasanya", sekali lagi "biasanya" kalau sudah dipawangi maka hujannya tidak turun dan "biasanya" kalau diberi obat maka sembuh, ini maknanya hukum adat yang berlaku didunia ini. Padahal bisa saja terjadi walaupun 100 orang pawang berkumpul, ternyata hujannya masih juga turun disitu, ini maknanya pawang itu sebetulnya tidak punya kuasa apa-apa terhadap kekuasaan Alloh SWT.

Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ketempat yang lain seperti : ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat.

Berdasarkan Hadits diatas dapat diambil kesimpulan secara metoda hikmah:

Meneliti terlebih dahulu kondisi langit
Hujannya memberi mudharat
Memohon kepada Alla
Tawassul dan Sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
Memindahkan hujan pada tempat lain seperti pegunungan, lembah-lembah atau hutan dengan berdoa kepada Allah.

Memohon Memberhentikan hujan berarti menolak rahmat Allah yang dibutuhkan oleh semua alam seperti:manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan bumi dan menghambat permohonan manusia yang sedang menjalankan Istisqo sesungguhnya hanya Allah yang dapat memberhentikan hujan.

Sirah Nabawi
" Konon kami tidak melihat gumpalan awan antara kami dan sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas rumah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari sabtu kami tidak melihat matahari, kemudian datang seorang pada hari jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, 
Orang itu mengadu kepada Nabi :" Ya Rasululloh binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami ".
Nabi bersabda : " Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tanganNya sambil berdo a: " Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini diatas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan )".
(HR.Bukhari-Muslim)

اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَ مَنَابِتِ الشَّجَرِ

Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.” [194] [194] HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614

Dari Zaid bin Khalid al-Juhani RA dia berkata, suatu ketika Rasulullah SAW shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyyah di atas bekas langit (hujan) yg terjadi sejak malam, begitu selesai, orang-orang pun menyongsongnya, lalu beliau bersabda: “Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian ?”. Para shahabat menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau SAW bersabda :
“Allah telah berfirman : ‘Pagi hari ini ada di antara hambaku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah’ ; maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena bintang ini dan itu’ ; maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang”. [HR. Bukhari (2/23), Muslim (1/83)

Memperbanyak Sholawat kepada Nabi SAW.

Diriwayatkan dari ath-Thufail bin Abi Ka’ab dari ayahnya ia nerkata :” Wahai Rosululloh, aku ingin membanyakkan sholawat kepadamu. Maka berapa banyak sholawat kepadamu yang harus aku jadikan dalam (do’a bagi diriku) dalam shalatku,” Maka Rosululloh SAW bersabda:”Sekehendakmu”
Ath-Thufail berkata, aku bertanya :”bagaimana jika seperempatnya ?”, maka Rosululloh SAW bersabda :” Sekehendakmu. Bila engkau menambahnya, maka itu lebih baik bagimu.”
Aku bertanya :”bagaimana jika setengahnya ?”, maka Rosululloh SAW bersabda :” Sekehendakmu. Bila engkau menambahnya, maka itu lebih baik bagimu.”
Aku bertanya :”bagaimana jika duapertiganya ?”, maka Rosululloh SAW bersabda :” Sekehendakmu. Bila engkau menambahnya, maka itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata, “Aku akan jadikan seluruh (kesempatan berdo’a bagi diriku ini) dalam shalatku, diisi seluruhnya dengan bersholawat kepadamu.” Maka Rosululloh bersabda :”Jika demikian, maka cita-citamu di cukupi, dan dosa-dosamu di ampuni.”
At-Tarmizi (VII/152). Di hasankan oleh Arna-uth dalam kitab Jalaa-ul Afhaam karya Ibnu Qoyyim hal.78)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah di tanya tentang penafsiran hadist ini, ia menjawab ( Lihat Jalaa-ul Afhaam karya Ibnul Qoyyim, tahqiq Syu’aib dan Abdul Qodir al-Arna-uth ( hal 79)

“Ubay bin Ka’ab memiliki do’a untuk dirinya sendiri. Lalu ia bertanya kepada Nabi SAW, bagaimana jika ia gunakan seperempat dari do’anya itu untuk bersholawat kepada Nabi. Lalu Nabi menjawab bahwa jika di tambah maka hal itu akan lebih baik baginya. Kemudian Ubay bertanya, bagaimana jika setengahnya, Rosul menjawab bahwa jika di tambah maka hal itu akan lebih baik baginya. Hingga akhirnya Ubay berkata :”aku ganti semua do’aku untuk diriku dengan bersholawat kepadamu.” Maka Nabipun bersabda :”Jika demikian, maka cita-citamu dicukupi, dan dosa-dosamu diampuni, Karena barangsiapa bersholawat kepada Nabi SAW satu kali, maka Allah bersholawat (memberikan rahmat) kepadanya sepuluh kali. Dan barang siapa dianugrahi rahmatoleh Allah, niscaya cita-citanya dicukupi oleh Allah, dan dosa-dosanya di ampuni-Nya.

Asy-Syaukani berkata,”Dalam dua hal ini (dicukupi cita-cita dan di ampuni dosa-dosa) terkumpul dua kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena orang yang dicukupi cita-citanya, ia selamat dari bencana-bencana dan berbagai rintangan di dunia dan di akhirat. Sementara bencana-bencana itu bagaimanapun kecilnya akan menimbulkan keduka citaan. Sedangkan orang yang diampuni dosa-dosanya oleh Allah, ia akan selamat dari bencana akhirat. Karena tidak ada sesuatu yang akan membinasakan seorang hamba kecuali dosa-dosanya.”
Tuhfatudz Dzaakiriin karya Asy-Syaukani, hal 30

Rosululloh SAW bersabda :” Barangsiapa bersholawat 10 x di pagi hari dan 10 x di sore hari, maka ia mendapatkan syafaat (pembelaan)ku pada hari Qiyamat.
Lihat Shahiihut Targhiit wat Tarhib (no.259) hal 273. Al-Al-bani menghasankannya.

Maka selama prosesi pelaksanaan kita terus perbanyak sholawat atas nabi agar segala yang kita do'akan (permohonan pemindahan hujan) di kabulkan oleh Allah.

" Maka Aku berkata : Minta ampunlah kepada Tuhan kamu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan hebat" (QS. Nuh :10-11).

Syaikh Syarbini Khatib berkata : " Terkadang menolak hujan dengan melakukan perbuatan sebaliknya".
" Janganlah satu kaum enggan memberikan zakat melainkan terhambat untuk mereka hujan " (HR.Baihaqi ).

Untuk Layanan Pawang Hujan disekitar Jakarta, Silahkan Hubungi Kami